“Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 34)
“Azazil
sang Iblis diciptakan dari kemurnian cinta. Dia tercipta dari api suci.
Pengetahuannya adalah pengetahuan Allah. Dia ahli makrifat yang sangat
luar biasa. Azazil adalah imam para malaikat, termasuk Gabriel (Jibril)
pun menjadi makmumnya. Keimannya sangat tinggi. Dan dia juga sesosok
makhluk monotheis sejati. Dia hanya melihat, bahwa tidak ada yang wujud
kecuali Allah sendiri. Bahkan, dia juga mengingkari keberadaan dirinya
sendiri, dengan pemahaman yang sangat tinggi, dan kualitas cinta yang
murni. Hanya Allah lah yang ada baginya.”
“Logikamu
tak mampu mengukur, apalagi menjelaskannya. Tahanlah diri, karena tak
sanggup kau cerna. Jangan abaikan beban ini, keseimbanganmu cacat
adanya. Apalagi sampai jadi alasan, bagi pengemis untuk mengeluh.
Kata-kata segala ilmu pengetahuanmu, sungguhkah berguna pada saatnya
nanti? Pengetahuan berjalan tertatih dengan kaki yang patah. Tapi
kematian datang menyeruduk tak kenal ampun.”
Tentang Azazil
Azâzîl (Bahasa Arab : عزازل, Inggris : Azazel, Izazil) adalah nama asli dari Iblis. Ia merupakan nenek moyang para Jin. Menurut legenda, sebelum diciptakannya Adam, Azâzîl pernah menjadi Imam para malaikat atau Sayyid Al-Malaikat (Penghulu para Malaikat), Khazin Al-Jannah (Bendaharawan Surga), dan Abu Al-Jan (Bapak para Jin).
Penciptaan
Azâzîl
terdiri atas al-‘azâz yang berarti 'hamba', dan al-îl yang berarti
'melata'. Kata al-‘azâz berasal dari al-‘izzah, yang berarti kebanggaan
atau kesombongan. Dinamakan demikian, karena ia tercipta dari Api. Kata
al-‘azâz (العزاز) terdiri dari empat huruf, yaitu huruf ‘ain, zây, alif,
dan zây yang kedua. Dari tiap huruf menunjukkan sepak terjang pemilik
nama tersebut, yaitu : Iblis.
Dari
huruf ‘ain muncul kata ‘ulluw ‘kesombongan’, dari huruf zây muncul kata
zuhw ‘sikap takabur’, dari huruf alif muncul kata ibâ’ ‘pembangkangan’,
dan istikbâr ‘sifat angkuh’. Kesombongan, sikap takabur, pembangkangan,
dan sifat angkuh merupakan sifat-sifat yang dimiliki Iblis. Inilah
tafsir nama asli Iblis, yaitu "Azâzîl".
Sebelum Penciptaan Adam
Sebelum
dilaknat oleh Allah SWT, Azâzîl memiliki wajah cemerlang lagi rupawan,
mempunyai empat sayap, banyak ilmu, terbanyak dalam hal ibadah, serta
menjadi kebanggan para malaikat. Dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan masih banyak lagi.
Setelah Penciptaan Adam
Setelah
enggan untuk bersujud kepada Adam, Allah merubah mukanya yang sangat
indah cemerlang, menjadi bentuk yang sangat buruk, seperti babi hutan,
kepalanya seperti unta, dan dadanya seperti daging yang menonjol di atas
punggung, lalu Allah menyebutnya dengan Iblis.
Wajah yang ada di
antara dada dan kepala, seperti wajah kera, kedua matanya terbelah di
sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka lebar, seperti
cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar
seperti taring babi hutan, serta janggut sebanyak tujuh helai.
Kisah Azazil
Kisah
tentang kesombongan, takabur, berbangga diri, adalah sebuah kisah yang
lebih tua dibanding penciptaan manusia. Ia hadir dan berawal ketika
manusia masih dalam perencanaan penciptaan.
Karena
hanya iblis dan para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia,
kesombongan sejatinya berhulu dari iblis, yaitu Azazil. Makhluk yang
dikenal penduduk surga karena doanya mudah dikabulkan oleh Allah, bahkan
para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak
tertimpa laknat oleh Allah.
Alkisah, suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil mendapati sebuah tulisan : "Seorang hamba Allah yang telah lama mengabdi akan mendapat laknat dengan sebab menolak perintah Allah."
Tulisan
yang tertera di salah satu pintu surga itu, tak pelak membuat Israfil
menangis. Ia takut, kalau itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain
juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu.
Mereka
lalu sepakat mendatangi Azazil, dan meminta di doakan agar tidak
tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil
dan para malaikat yang lain, dan atas permintaan mereka, Azazil pun lalu
memanjatkan doa kepada Allah SWT :
"Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka."
Di
luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul Malaikat
alias penghulu para malaikat, dan Khazinul Jannah (bendaharawan surga).
Semua lapisan langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil dengan
sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda :
* Lapisan langit pertama (Ar-Rafii'ah), ia berjuluk Al-Abid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah
* Lapisan langit kedua (Al-Maa'uun), julukan pada Azazil adalah Ar-Raki atau ahli ruku kepada Allah
* Lapisan langit ketiga (Al-Maziinah), ia berjuluk As-Saajid atau ahli sujud kepada Allah
* Lapisan langit keempat (Az-Zahirah), ia dijuluki Al-Khaasyi, karena selalu merendah dan takluk kepada Allah
* Lapisan langit kelima (Al-Muniirah), menyebut Azazil sebagai Al-Qaanit, karena ketaatannya kepada Allah
* Lapisan langit keenam (Al-Khaliishah), ia bergelar Al-Mujtahid, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah
* Lapisan langit ketujuh (Al-Ajiibah), ia dipanggil Az-Zahid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup
Selama 120 ribu tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, dan selama 700 ribu
tahun ia menjadi penyembah Allah yang paling taat, hingga tibalah
ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah.
Ketika itu, Allah, Dzat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud untuk menciptakan pemimpin di bumi :
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi.” (QS. Al Baqarah : 30)
Hampir semua malaikat serentak menjawab kehendak Allah itu :
“Ya
Allah, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang
hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau.” (QS. Al Baqarah : 30)
Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 30)
Allah
lalu menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam. Kepada para
malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang
menyebabkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka.
Lalu
Allah menyuruh semua malaikat agar bersujud kepada Adam, sebagai wujud
kepatuhan dan pengakuan atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun
bersujud atas perintah itu, kecuali Azazil.
“Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 34)
Pembangkangan Dan Pengusiran Dari Surga
Sebagai
penghulu para malaikat, dengan segala gelar dan sebutan kemuliaan,
Azazil merasa tak pantas bersujud kepada makhluk lain termasuk Adam,
kecuali hanya pada Allah SWT, karena merasa penciptaan, pencitraan, dan
status dirinya yang lebih baik.
Allah melihat tingkah dan sikap Azazil, lalu bertanya sembari memberi gelar terbaru baginya, dengan sebutan Iblis :
“Hai
Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah
Kuciptakan dengan kedua tanganKu? Apakah kamu menyombongkan diri
(takabur), ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” (QS. Shaad : 75)
Mendengar
pernyataan Allah yang murka terhadap pembangkangannya, bukan permintaan
ampun yang keluar dari Azazil, namun sebaliknya, ia malah menantang
Allah dan berkata :
“Ya Allah, aku (memang) lebih baik dibandingkan Adam. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al A'raf : 12) (QS. Shaad : 75)
Mendengar jawaban Azazil yang sombong, Allah berfirman :
“Keluarlah kamu dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.” (QS. Shaad : 77)
Azazil
alias Iblis, sejak saat diusir dan tidak lagi berhak menghuni surga.
Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia, dan sebagainya
dibanding makhluk lain, telah menyebabkannya menjadi penentang sejati
Allah SWT yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai
orang-orang yang sombong dan takabur.
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 18-19)
Bibit
kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai sejak Israfil dan
para malaikat mendatanginya agar mendoakan mereka kepada Allah. Waktu
itu, ketika mendengar penjelasan Israfil, Azazil berkata :
“Ya Allah! HambaMu yang manakah yang berani menentang perintahMu, sungguh aku ikut mengutuknya.”
Azazil
lupa, dirinya adalah juga hamba Allah, dan tak menyadari, bahwa kata
"hamba" yang tertera pada tulisan di pintu surga, bisa menimpa kepada
siapa saja, termasuk dirinya.
Lalu,
setelah mendengar ketetapan Allah yang mengusirnya dari surga, Iblis
semakin nekat seraya meminta kepada Allah agar diberi dispensasi, dan
berkata :
“Ya Allah, beri tangguhlah aku sampai mereka ditangguhkan.” (QS. Shaad : 79)
Allah
bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang dia minta, yaitu masa hidup
panjang selama manusia masih hidup di permukaan bumi sebagai khalifah,
dalam firmanNya :
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).” (QS. Shaad : 80-81)
Dasar
Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia lantas bersumpah
akan menyesatkan Adam, anak cucunya, beserta seluruhnya, kecuali
hamba-hamba yang mukhlis di antara mereka.
“Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad : 82-83)
Maka kata Allah :
“Yang
benar adalah sumpahKu dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan.
Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis dari
golongan kamu dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka
semuanya.”
(QS. Shaad : 84-85)
Misi Tipu Daya Dilancarkan
Manusia
pertama yang menjadi korban atas usaha penyesatan yang dilakukan oleh
Iblis, tentu saja adalah Adam dan Hawa. Dengan tipu daya dan rayuan
memabukkan, Nabi Adam AS dan Siti Hawa lupa pada perintah dan larangan Allah.
Keduanya
baru sadar setelah murka Allah turun. Terlambat memang, nasi sudah
menjadi bubur, karena hal itu Adam dan Hawa diusir dari surga dan
ditempatkan di bumi.
Sukses
Iblis tersebut menjadikan Adam dan Hawa sebagai korban pertama
penyesatannya, dan tak bisa dilihat sebagai sebuah kebetulan. Adam dan
Hawa, bagaimanapun adalah Bapak dan Ibu seluruh manusia di muka bumi,
awal dari semua sperma dan indung telur.
Mereka
berdua menjadi tolak ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis
dalam menjalankan misi tipu daya dan menyesatkan manusia. Jika asal usul
seluruh manusia saja berhasil disesatkannya, apalagi anak cucunya?
Singkat
kata, kesesatan yang di dalamnya ada sombong, takabur, selalu merasa
paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga sangat bisa menular
kepada manusia sampai kelak di ujung zaman.
Tipu Daya Terhadap Anak Cucu Adam Dan Hawa
Di
banyak riwayat, banyak kisah tentang kaum atau umat terdahulu yang
takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga
ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat
Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil adalah sedikit contoh dari bangsa-bangsa
yang takabur dan sombong, lalu mereka dinistakan oleh Allah,
senista-nistanya.
Karena
sifat takabur pula, sosok-sosok seperti Fir'aun si Raja Mesir kuno,
Qarun, Hamaan, dan Abu Jahal juga mendapatkan azab yang sangat pedih di
dunia dan pasti di akhirat nanti.
Pada
zaman sekarang, manusia sombong yang selalu menentang Allah bukan
semakin berkurang, sebaliknya malah bertambah dan menjadi-jadi. Ada yang
sibuk mengumpulkan harta, dan lalu menonjolkan diri dengan kekayaannya.
Yang lain rajin mencari ilmu, namun kemudian takabur dan merasa paling
pintar.
Sebagian
berbangga dengan asal usul keturunan; turunan ningrat, anak kiai, dan
sebagainya. Ada juga yang merasa diri paling cantik, paling putih,
paling mulus, paling-paling dibanding manusia lain.
Mereka
yang beribadah, shalat siang malam, puasa, zakat, dan berhaji merasa
paling saleh dan sebagainya. Ada yang meninggalkan perintah-perintah
Tuhan hanya karena mempertahankan dan bangga dengan budaya warisan
nenek moyang, dan seolah-olah segala sesuatu di luar budaya itu tak
bernilai.
Tak sedikit
juga yang mengesampingkan larangan-larangan Allah hanya karena mengejar
era laju perkembangan zaman modern yang selalu dibangga-banggakan.
Sebagai manusia, orang-orang semacam itu tak bermanfaat sama sekali.
Mata jasmani mereka memang melihat, tapi mata hatinya sudah buta melihat
kebenaran dan kebesaran Allah.
Allah
telah dijadikan nomor dua, sementara yang nomor satu adalah diri dan
makhluk lain di sekitar dirinya. Hati mereka menjadi gelap, tanpa nur
iman sebagai pelita. Akal mereka tidak dapat membedakan antara yang hak
(benar), dengan yang batil (salah).
“Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri (takabur).” (QS. Al Muddatstsir : 23)
Iblis
sebagai pelopor sifat takabur selalu mendoktrin kepada siapa saja sifat
takabur, dan mewariskannya kepada jin dan manusia. Tujuannya jelas,
untuk menyebarkan sumpah (Iblis) pada golongannya, sebagaimana golongan
setan dari jenis jin.
Iblis
dan pasukannya para setan yang terkutuk tentu menjadi bagian yang
dominan untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa jin, begitu pula
setan dari golongan jenis manusia, sangat dominan untuk menjerumuskan
dan menyesatkan bangsa manusia.
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A'raaf : 179)
Demikianlah
kisah Azazil yang merupakan makhluk yang dulunya sangat patuh dan taat
kepada Allah, akhirnya menjadi Iblis yang sangat dikutuk dan dilaknat
oleh Allah SWT, karena kesombongan, takabur, merasa hebat dibandingkan
makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya. Semoga hal ini menjadi pelajaran
yang berarti bagi kita semua sebagai hamba-hamba Allah yang beriman dan
bertaqwa. Subhanallah Wabi Hamdih. Jazakumullah Khairan Katsiran.
Wassalam..
Sumber
: Buku "Iblis Menggugat Tuhan - Shawni", Wikipedia©,
imarou.multiply.com, hadud.cz.cc, arafah2004.blogdetik.com,
clubbing.kapanlagi.com, berbagai sumber lainnya
Blog Stats
Azâzîl
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar